Indeks

Pemimpin Oposisi Fiji Tantang Hasil Penghitungan Suara, namun Minta Pendukung Tetap Tenang

Pemimpin oposisi Fiji pada hari Kamis (15/12) mengatakan akan menentang hasil pemilu di negara itu, setelah terjadi “anomali” pada malam penghitungan suara, di mana proses penghitungan berhenti tiba-tiba ketika suaranya memimpin untuk sementara.

Sitiveni Rabuka – mantan perdana menteri yang sudah dua kali memimpin upaya kudeta dengan nama panggilan “Rambo” – mengatakan kepada AFP bahwa partainya berhak mengajukan “ganti rugi secara hukum,” dalam pernyataan publik pertamanya semenjak insiden itu terjadi.

“Kami akan menempuh segala cara yang ada untuk memastikan bahwa hak rakyat untuk memilih pemerintah mereka tidak diingkari,” ungkapnya dalam wawancara itu. Ia akan mengajukan kasus tersebut ke komisi pemilihan umum terlebih dahulu.

“Saya harus diyakinkan bahwa hasil itu memang hasil yang benar. Bahkan bila harus melibatkan pengadilan,” ujarnya sambil membolak-balik salinan konstitusi Fiji.

Rabuka, yang meminta pendukungnya agar tetap tenang, berusaha menggantikan pemimpin Fiji selama 16 tahun terakhir, Perdana Menteri Frank Bainimarama.

Perdana menteri berusia 68 tahun itu merebut kekuasaan melalui sebuah pemberontakan pada tahun 2006, namun kemudian melegitimasi cengkeramannya pada pemerintahan lewat kemenangan pemilu pada tahun 2014 dan 2018.

Setelah empat kali kudeta selama 35 tahun terakhir, penyelenggaraan pemilu yang terakhir dipandang sebagai ujian bagi negara demokrasi muda di wilayah Pasifik itu.

Ketika gelombang pertama surat suara dihitung hari Rabu (13/12), Rabuka unggul sementara, sehingga meningkatkan harapan akan kemenangan di kalangan pendukungnya dan harapan terciptanya peralihan kekuasaan secara damai setelah dua dekade.

Kemudian, dalam sebuah konferensi pers yang diadakan dengan tergesa-gesa pada Kamis (15/12) dini hari, pengawas pemilu Mohammed Saneem mengatakan bahwa petugas telah menghentikan penerbitan hasil penghitungan suara setelah mendeteksi adanya “anomali.”

Empat jam kemudian, Kamis subuh, hasil penghitungan suara kembali ditampilkan dan Bainimarama tampak unggul dan diproyeksikan akan memenangkan pemilu.

Saneem mencatat adanya “ketidaksesuaian” antara jumlah suara yang dihitung dengan hasil penghitungan yang diterbitkan bagi beberapa kandidat – dengan beberapa kandidat yang tidak begitu dikenal tampak lebih unggul dibandingkan partai-partai besar.

“Untuk mengatasinya, Kantor Pemilu Fiji harus meninjau seluruh mekanisme yang kami gunakan untuk mengeluarkan hasil penghitungan,” ujarnya.

Ketidakberesan malam itu mendominasi pemberitaan dalam negeri dan ditanggapi secara skeptis dan dengan amarah di media sosial. Namun Saneem membela integritas penghitungan suara.

“Semua orang terlalu haus akan teori konspirasi,” katanya kepada wartawan.

Rabuka ingin tahu apa yang terjadi, namun mendesak orang-orang agar tetap tenang dan mengatakan bahwa proses hukum yang seharusnya berjalan.

“Dalam istilah awam, pada titik ini, ini adalah sebuah aduan. Nanti… masalah ini mungkin akan diusut secara hukum dan meminta pengadilan yang mengadilinya,” ujarnya.

“Janganlah kita terlalu terlena dengan apa yang kita nilai sebagai kemenangan awal kemarin,” tambahnya, meminta warga Fiji untuk “tetap tenang, khususnya para pendukung kami.” [rd/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com

Exit mobile version