Indeks

India Resmi Jadi Ketua G20, dan Mulai Fokus pada Iklim

India secara resmi mengambil perannya sebagai ketua Kelompok 20 Ekonomi Terkemuka (G20) untuk tahun yang akan datang pada hari Kamis (1/12) dan menempatkan iklim sebagai prioritas utama kelompok tersebut.

Program-program untuk mendorong kehidupan dan keuangan yang berkelanjutan bagi negara-negara yang beralih ke energi bersih dan mengatasi dampak pemanasan dunia adalah beberapa bidang utama yang akan menjadi fokus India selama masa kepresidenannya, kata para ahli.

Beberapa pihak mengatakan India juga akan menggunakan posisi barunya untuk meningkatkan kredensial iklimnya dan bertindak sebagai jembatan antara kepentingan negara industri dan negara berkembang.

Negara ini telah mengambil banyak langkah untuk mencapai sasaran iklimnya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi saat ini masih menjadi salah satu penghasil emisi gas terbesar di dunia.

G20, yang terdiri dari 20 ekonomi terbesar di dunia, memiliki kepresidenan bergilir yang bertanggung jawab atas agenda dan prioritas kelompok tersebut setiap tahunnya. Para ahli yakin India akan menggunakan kepresidenan G20-nya untuk memajukan rencana iklim dan pembangunannya.

India telah meningkatkan kredensial iklimnya, dengan target-target domestiknya baru-baru ini untuk beralih ke energi terbarukan yang lebih ambisius daripada target-target yang diajukannya ke PBB sebagai bagian dari Perjanjian Paris, yang mengharuskan negara-negara menunjukkan bagaimana mereka berencana membatasi pemanasan hingga target suhu yang ditetapkan pada tahun 2015.

Para analis mengatakan ambisi dan tindakan iklim India tidak sejalan dengan target-target mereka. Banyak industrialis besar India berinvestasi dalam energi terbarukan di dalam negeri maupun global, tetapi pemerintah India juga bersiap untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik berbasis batu bara dengan biaya $33 miliar selama empat tahun ke depan.

Pada konferensi iklim PBB bulan lalu, India yang saat ini merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, mengusulkan penghentian penggunaan semua bahan bakar fosil dan berulang kali menekankan perlunya mengubah keuangan iklim global.

Negara itu mengatakan tidak dapat mencapai tujuan iklimnya dan mengurangi emisi karbon dioksida tanpa pendanaan yang jauh lebih banyak daripada negara-negara kaya, sebuah klaim yang disengketakan oleh negara-negara tersebut. [ab/uh]

Sumber: www.voaindonesia.com

Exit mobile version