Indeks
Hukum  

Australia Berencana Pulangkan Warganya yang Ditahan di Kamp-Kamp di Suriah

Para pejabat Australia bersikeras bahwa para janda ISIS dan anak-anak mereka yang kini menjalani tahanan akan diawasi ketika mereka dipulangkan, dan para perempuan itu telah setuju untuk tunduk pada berbagai peraturan yang membatasi kebebasan mereka untuk “melindungi anggota masyarakat dari risiko terorisme.”

Lebih dari 20 perempuan Australia dan sekitar 40 anak ditahan di kamp al-Hawl dan Roj di Suriah timur laut. Mereka adalah para janda, putra dan putri dari militan ISIS yang telah meninggal atau dipenjara.

Para pejabat Australia mengatakan tidak mungkin semua tahanan itu akan dibawa keluar sekaligus, dan mungkin diperlukan beberapa kali misi penyelamatan.

Banyak perempuan itu bersikeras bahwa mereka ditipu atau ditekan oleh suami mereka untuk pergi ke Suriah.

Tetapi di Australia, para anggota parlemen oposisi percaya pemulangan individu-individu itu, yang bisa saja telah menjadi radikal, menimbulkan risiko yang tidak perlu. Ada juga kekhawatiran tentang biaya untuk pengawasan dan pemantauan oleh polisi dan Organisasi Intelijen Keamanan Australia, yang dikenal sebagai ASIO.

Pemimpin oposisi Peter Dutton mengatakan kepada para wartawan di Canberra, Selasa (4/10) bahwa pemerintah Australia harus memberikan rincian spesifik dari rencana penyelamatan itu.

“Kita perlu memahami bagaimana dengan sumber daya yang terbatas ASIO dan Polisi Federal Australia dapat memberikan jaminan untuk menjaga keamanan publik Australia. Perdana menteri perlu memberikan rincian dan jaminan kepada publik Australia,” jelasnya.

Pada tahun 2019, Australia melakukan misi rahasia untuk menyelamatkan delapan anak yatim piatu Australia, termasuk seorang remaja hamil, dari kamp-kamp di Suriah.

Namun, sejak itu, pemerintah Canberra menolak pemulangan lebih lanjut karena masalah keamanan. Tetapi para pejabat sekarang percaya bahwa akan aman untuk mempertimbangkan penyelamatan para perempuan Australia itu dan anak-anak mereka.

Pengacara untuk para tahanan yang terperangkap di kamp-kamp Suriah mengatakan bahwa kondisinya “bergejolak dan tidak aman” di dalam kamp selagi musim dingin mendekat.

Pengacara Robert Van Aalst mengatakan kepada lembaga siaran Australian Broadcasting Corp. bahwa para tahanan akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk berintegrasi kembali ke masyarakat Australia.

“Awalnya ada pemantauan dan ada komunikasi antara entitas federal dan negara bagian dengan mereka yang dipulangkan. Itulah yang akan terjadi di sini, dan setiap keluarga akan berbeda dan setiap ibu atau perempuan, dan anak-anak, akan menyesuaikan diri dengan cara yang berbeda,” komentarnya.

Jerman telah memulangkan 91 warganya dari kamp-kamp di Suriah, sementara Prancis telah memulangkan 86 warganya. Amerika Serikat, sejauh ini, telah memulangkan 26 warganya. Kazakhstan, Kosovo, dan Rusia juga telah memulangkan banyak warganya.

Sumber: www.voaindonesia.com

Exit mobile version